Wisudakan 408 Sarjana, Abdurrahman Abdullah Himbau Uniflor Senantiasa Menjaga Kualitas dan Relevansi Keilmuan

Kota KupangLLDikti15.kemdikbud.go.id – Universitas Flores (Uniflor) Ende, Kabupaten Ende, NTT, kembali melepas 408 sarjana baru angkatan ke-47.

Dalam prosesi wisuda yang dilaksanakan pada Sabtu, 3 Juni 2023 di Auditorium H.J Gadi Djou tersebut, Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah XV, Prof. Dr. Adrianus Amheka, S.T., M.Eng berharap Uniflor juga mengimplementasikan kebijakan Terkait 3 Dosa Pendidikan dan Pendidikan Anti Korupsi dalam mata kuliah atau kegiatan lainnya yang relevan.

Hal ini disampaikannya melalui sambutan yang dibawakan Kabag Umum LLDikti Wilayah XV, Abdurrahman Abdullah saat menghadiri prosesi wisuda tersebut.

Dalam sambutannya, Abdurrahman Abdullah mengingatkan Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan tinggi yang bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas dan berdaya saing harus mampu menyiapkan diri dan mahasiswanya untuk menghadapi tantangan dan peluang di era ini.

“Tugas utama perguruan tinggi adalah meningkatkan keterpelajaran masyarakat, dengan memperkenalkan mahasiswa kepada pengembangan konsep-konsep dan penguasaannya hingga tingkat perkembangannya terkini sehingga kelak memiliki kompetensi dalam bidangnya dan mampu menjalankan pekerjaan, terutama yang memerlukan keahlian tinggi.”, jelas Abdurrahman di awal sambutannya.

Menurutnya, Perguruan tinggi juga perlu mengembangkan soft skill atau kemampuan non-teknis mahasiswa, seperti sikap dan kepribadian, agar mereka memiliki kemampuan mengenali diri sendiri dan masalah secara rasional, kemampuan beradaptasi, dan memiliki keberanian intelektual dalam membuat inovasi. Kemampuan teknis dan non-teknis tersebut diperlukan ketika lulusan perguruan tinggi terjun ke masyarakat.

Agar dapat berhasil di lingkungan kerja masa depan, Kemendikbudristek telah menetapkan 6 (enam) profil Pelajar Pancasila yang harus ditumbuhkembangkan di antara peserta didik saat ini: (1) Kebinekaan global, (2) gotong royong, (3) kreatif, (4) bernalar kritis, (5) mandiri, dan (6) berketuhanan dan berakhlak mulia.

“Perguruan tinggi dituntut untuk meluluskan mahasiswa yang memiliki kemampuan adaptif terhadap perubahan yang makin sering terjadi. Kemampuan tersebut antara lain meliputi kemampuan menyelesaikan masalah yang makin kompleks, berpikir kritis, kreatif, mampu menjadi manajer yang baik, serta memiliki kemampuan koordinasi yang baik.”, ucap Abdurrahman.

Sebagai bagian dari pengemban tugas penjamin mutu pendidikan tinggi di lingkup LLDikti Wilayah XV, Abdurrahman sangat berharap hard-skills dan soft-skills telah terdistribusi dalam kompetensi wisudawan/ti yang diwisuda hari itu maupun yang akan diwisuda mendatang. Sehingga secara mandiri siap untuk memasuki workforce world – Dunia Usaha dan Dunia Industri Kerja (DUDIKA) yang penuh dengan berbagai tantangan nyata khususnya dalam 2 aspek yakni technical skills dan soft-skills.

Penguatan karakter untuk pencegahan 3 dosa di perguruan tinggi bertujuan untuk membentuk insan-insan yang toleran, berintegritas, dan beretika di lingkungan perguruan tinggi, melalui Inculcating Values and morality (penanaman nilai-nilai moral), Modeling Value and Morality (peneladanan/role model), Facilitating Value and Morality (Kegiatan fasilitasi menolong mahasiswa yang sudah menerima suatu nilai, tetapi belum mengamalkannya secara konsisten, meningkat dari pemahaman secara intelektual ke komitmen untuk bertindak), Skills for value development and moral literacy (keterampilan berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah).

Dalam sambutannya tersebut, Abdurrahman juga menyampaikan hal penting lainnya yang menjadi domain dari fungsi dan layanan LLDikti XV antara lain;

  1. Dalam Renstra Ditjen Diktiristek 2020-2024 disebutkan bahwa Indonesia masih menghadapi tantangan disparitas akses layanan pendidikan tinggi yang dapat diukur melalui angka partisipasi kasar (APK) pendidikan tinggi yang jauh dari ketuntasan. Pada tahun 2020, angka partisipasi kasar pendidikan tinggi nasional sebesar 30,9% (tiga puluh koma sembilan persen) atau hanya 1 (satu) dari 3 (tiga) anak yang dapat mengakses pendidikan tinggi. Bila dilihat dari latar belakang ekonomi, kesenjangan masih sangat lebar. Dengan angka partisipasi kasar pendidikan tinggi ekonomi termiskin sebesar 16,1% (enam belas koma satu persen), berarti hanya 1 (satu) dari 6 (enam) anak Indonesia yang melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi. Untuk menjawab tantangan ini maka kepada perguruan tinggi kemudian diberikan Beasiswa KIP Kuliah bagi mahasiswa yang tidak mampu. Agar perguruan tinggi swasta (PTS) juga berperan membantu menurunkan APK pendidikan tinggi maka PTS diharapkan juga memberikan beasiswa bagi mahasiswa tidak mampu dan membangun kerjasama dengan stakeholder lain untuk ikut berpartisipasi memberikan beasiswa kepada mahasiswa yang tidak mampu.
  2. Pendidikan tinggi di Indonesia saat ini memiliki tantangan dalam meningkatkan mutu pendidikan. Saat ini, ukuran utama mutu perguruan tinggi di Indonesia adalah pencapaian akreditasi institusi dan akreditasi program studi oleh BANPT. Kondisi pendidikan tinggi di Indonesia tercermin dari populasi Perguruan Tinggi (PT) yang jumlahnya sampai saat ini mencapai 4616 PT dengan 3367 PT merupakan PT Akademik. Perguruan Tinggi Swasta agar selalu berupaya untuk meningkatkan mutu perguruan tinggi melalui peningkatan akreditasi baik APT dan APS, dimana saat ini di NTT belum ada PTS yang terakreditasi Unggul (A) dan hanya ada beberapa Program Studi yang terakreditasi Unggul (A).
  3. Jumlah Dosen dengan kualifikasi Pendidikan S3 harus selalu bertambah, mendukung akreditasi agar dapat mencapai peringkat Unggul karena menjadi salah satu Syarat Perlu dalam Proses Akreditasi. Di Indonesia berdasarkan Renstra Ditjen Diktiristek 2020-2024, kualitas dosen di perguruan tinggi dapat dilihat melalui proporsi dosen yang memiliki kualifikasi akademik S-3. Proporsi dosen yang memenuhi kualifikasi akademik S-3 relatif lebih rendah dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara. Indonesia hanya sedikit lebih tinggi di atas Vietnam. Adapun negara maju, seperti Jepang, memiliki persentase dosen dengan kualifikasi akademik S-3 mencapai 100% (seratus persen).

Dipenghujung sambutannya, Abdurrahman menghimbau agar Universitas Flores senantiasa menjaga kualitas, relevansi keilmuan, dan menjalankan tata kelola yang baik dalam pengelolaan kampus.

“Dalam pengembangan perguruan tinggi, kualitas harus terus dijaga, utamanya kualitas pembelajaran mahasiswa. Kemudian juga sangat penting menjaga relevansi, apa yang diajarkan harus relevan dengan kebutuhan saat ini dan masa depan.”, pungkasnya mengakhiri sambutan.***

Sumber: Humas LLDIKTI Wilayah XV – Nusa Tenggara Timur

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hubungi kami di : tel:085165058139

Kirim email ke kamilldiktixv@gmail.com