Kupang – Dharma Wanita Persatuan (DWP) Universitas Nusa Cendana (Undana) menggelar Dialog Manjira (Mantap Jiwa dan Raga) bertema “Sinergi Pengembangan Diri, Merajut Inspirasi dan Menenun Prestasi” sebagai bagian dari Dies Natalis Universitas Nusa Cendana yang ke-63 sekaligus memperingati Hari Tenun Nasional. Kegiatan yang berlangsung di Auditorium Graha Cendana ini dihadiri Rektor Undana Prof. Dr. drh. Maxs U. E. Sanam M.Sc, Wakil Rektor II Prof. Dr. Paul G. Tamelan, M.Si, Wakil Rektor IV Prof. Dr. Jefri S. Bale, ST., M.Eng, Ketua DWP Undana Ibu Hembang Murni E.Sanam, Ketua DWP LLDIKTI Wilayah XV, Ketua DWP Politeknik Negeri Kupang, Ketua DWP Politani, Ketua DWP Provinsi NTT, serta jajarannya. Acara juga disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube resmi Undana dan turut dihadiri peserta lain via Zoom.

Rangkaian kegiatan diawali dengan prosesi iring-iringan yang kemudian dilanjutkan dengan doa, menyanyikan lagu Indonesia Raya, serta Mars DWP. Setelah itu, Ketua DWP Undana, Ibu Hembang Murni P. Sanam, memberikan pengantar dengan menekankan bahwa tema “Sinergis Pengembangan Diri, Merajut Inspirasi, dan Merajut Prestasi” lahir dari filosofi tenun NTT, di mana setiap benang bukan sekadar hiasan, melainkan doa, kesabaran, dan kerja bersama. Filosofi itu diibaratkan seperti civitas akademika Undana dan ibu-ibu DWP yang dengan kebersamaan mampu menorehkan prestasi sebagai persembahan indah bagi Indonesia, khususnya Nusa Cendana dan NTT tercinta.

Selanjutnya, Rektor Undana dalam sambutannya menyampaikan bahwa Dies Natalis ke-63 Undana mengusung tema “Grow Beyond the Limit.”
“Saya kira tema ini sangat sejalan dengan tagline Dharma Wanita Persatuan Universitas Nusa Cendana, yaitu Salam Manjira—Mantap Jiwa dan Raga. Semangat ini harus menjadi pegangan kita semua untuk terus bertumbuh, melampaui batas, dan memberikan kontribusi nyata bagi pengembangan universitas maupun masyarakat NTT” Tukas beliau dalam sambutannya
Acara kemudian berlanjut dengan parade kain tenun khas NTT dari berbagai daerah seperti Timor, Sabu, Rote, Sumba, Alor, Kupang, Timur Tengah Utara, Malaka, Nagekeo, Manggarai, hingga Maumere. Tidak hanya parade, mahasiswa program studi Teknik Pembuatan Tenun Universitas Nusa Cendana juga memperagakan proses menenun yang memperlihatkan kekayaan budaya dan ketekunan masyarakat NTT dalam melestarikan warisan leluhur. Unsur budaya ini memberi warna khas sekaligus menjadi pengantar sebelum memasuki sesi inti dialog.

Sesi utama menghadirkan Ir. Shahnaz Haque sebagai narasumber dengan materi “Langkah Praktis Membangun Kebiasaan Baik Mengembangkan Potensi Diri.” Dalam penyampaiannya, ia membahas tahap belajar manusia, kecerdasan emosi, empat hormon kebahagiaan, hingga pengendalian impuls sebagai kunci pengembangan diri. Materi yang dibawakan dengan lugas dan inspiratif itu disambut antusias oleh para peserta

Shahnaz juga memberikan motivasi yang relevan bagi mahasiswa, dosen, dan peserta umum dengan pesan bahwa tidak ada manusia yang diciptakan bodoh. Menurutnya, setiap orang memiliki potensi untuk berkembang tergantung niat dan usaha yang dimiliki. Ia bahkan mengutip perumpamaan “anggur harus diinjak-injak dahulu agar bisa menjadi wine, lalu biji harus berada di tempat agar bisa tumbuh” sebagai refleksi pentingnya proses dalam mencapai hasil terbaik. Pesan ini menjadi pengingat bahwa kesulitan justru bisa melahirkan prestasi besar.

Acara ditutup dengan sesi foto bersama dan penampilan tarian oleh mahasiswa Undana yang menambah kemeriahan suasana. Sebagai catatan penting, Universitas Nusa Cendana menjadi satu-satunya perguruan tinggi di Indonesia yang memiliki Program Studi Teknik Pembuatan Tenun di bawah Fakultas Sains dan Teknik (FST). Prodi ini tidak hanya melestarikan budaya lokal, tetapi juga berinovasi menghasilkan karya tenun tradisional maupun modern. Dengan keunikan tersebut, Undana tampil sebagai pionir pendidikan tinggi yang mampu menyinergikan budaya, inspirasi, dan prestasi.