BeritaNasional.ID, KUPANG — Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah XV menggandeng perguruan tinggi di Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk terjun langsung menangani stunting dan kemiskinan ekstrem melalui Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik GENTASKIN atau Gerakan Tuntaskan Stunting dan Kemiskinan Ekstrem.
Program ini dilaksanakan di tiga kabupaten prioritas, yakni Timor Tengah Selatan, Sumba Barat Daya, dan Manggarai Timur, dengan melibatkan 367 mahasiswa dan 28 dosen pembimbing lapangan dari 22 perguruan tinggi negeri maupun swasta. Mereka akan ditempatkan di 25 desa yang dipilih berdasarkan tingginya prevalensi stunting dan angka kemiskinan ekstrem.
Kepala LLDikti Wilayah XV, Prof. Adrianus Amheka, menjelaskan bahwa GENTASKIN merupakan tindak lanjut strategis dari program nasional Konsorsium Perguruan Tinggi Kosabangsa (KPT Kosabangsa) yang mendorong kolaborasi riset dan pengabdian masyarakat berbasis kebutuhan nyata di daerah tertinggal, terluar, dan terdepan (3T).
Menurutnya, mahasiswa tidak hanya berperan sebagai peserta KKN, tetapi menjadi agen perubahan yang membawa ilmu pengetahuan ke tengah masyarakat desa. Program ini dirancang untuk menjadi jembatan antara teori akademik dan praktik lapangan, sehingga mahasiswa mendapatkan pengalaman pembelajaran yang kontekstual dan transformasional.
Dukungan penuh juga datang dari Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena, yang memberikan arahan langsung kepada para mahasiswa saat pembekalan sekaligus melepas mereka secara simbolis dalam seremoni resmi tingkat provinsi. Gubernur bahkan menginstruksikan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) teknis seperti Dinas Kesehatan, Dinas PMD, Dinas Pertanian, Dinas Sosial, Disperindag, Bapperida, dan instansi lainnya untuk terlibat aktif sebagai narasumber dan pendamping di lapangan.
Selain itu, para bupati di tiga kabupaten sasaran telah menandatangani nota kesepahaman dengan LLDikti Wilayah XV dan perguruan tinggi, serta mengoordinasikan camat dan kepala desa untuk mendampingi mahasiswa, memberikan akses informasi, serta memfasilitasi kebutuhan tempat tinggal, transportasi, dan keamanan selama program berlangsung.
Selama dua bulan, para mahasiswa akan melaksanakan berbagai kegiatan yang dirancang untuk menyasar langsung akar permasalahan. Mereka akan memberikan edukasi gizi dan pola makan sehat bagi ibu hamil dan balita, melatih keluarga membuat kebun gizi berbasis potensi lokal, mendampingi UMKM dan ekonomi rumah tangga, serta merevitalisasi koperasi desa.
Kolaborasi erat dilakukan bersama puskesmas, posyandu, tenaga pendidik, tokoh masyarakat, dan perangkat desa, sembari melakukan pemantauan status gizi dan melaporkannya kepada pemerintah desa dan OPD terkait. Tidak hanya itu, inovasi berbasis kebutuhan lokal juga diharapkan lahir dari kreativitas mahasiswa dan dapat terus dijalankan meski program telah berakhir.
Prof. Amheka menegaskan, GENTASKIN diharapkan membentuk ekosistem kolaboratif antara kampus dan desa. Perguruan tinggi tidak hanya menjadi pusat ilmu pengetahuan, tetapi juga mitra aktif dalam pembangunan masyarakat di tingkat lokal. Ke depan, jika program di tiga kabupaten percontohan ini berhasil, LLDikti Wilayah XV berencana memperluasnya ke seluruh wilayah NTT dalam lima tahun mendatang dengan pendekatan yang disesuaikan dengan karakteristik lokal masing-masing daerah. Untuk menjaga keberlanjutan, dukungan kebijakan dan pendanaan akan didorong melalui APBN, APBD, serta kemitraan dengan dunia usaha melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).
Partisipasi perguruan tinggi dalam GENTASKIN juga disambut antusias oleh Universitas Citra Bangsa (UCB). Rektornya, Prof. Frans Salesman, mengungkapkan bahwa kampusnya mengirim 15 lulusan profesi ners yang telah dibekali keterampilan khusus untuk membantu penanganan stunting di masyarakat. Para tenaga kesehatan ini akan melatih ibu rumah tangga dalam melakukan tindakan pencegahan stunting di rumah.
Prof. Salesman menilai keterlibatan mahasiswa dalam program ini memiliki manfaat ganda, mulai dari menemukan persoalan nyata yang dapat dijadikan bahan penelitian skripsi, berbaur langsung dengan keluarga yang masuk kategori rawan stunting, hingga menjalankan salah satu pilar Tridharma perguruan tinggi, yaitu pengabdian kepada masyarakat.
Ia menambahkan, selama program berlangsung para mahasiswa mendapat dukungan biaya hidup dari universitas, dan seluruh aktivitas ini diakui sebagai mata kuliah Pengabdian kepada Masyarakat. “Kami bekerja secara sinergis membantu pemerintah pusat melalui LLDikti XV, demi mewujudkan NTT yang lebih sehat dan sejahtera,” tegasnya.*
(Alberto)
Sumber : beritanasional.id | LLDikti Wilayah XV Gerakkan Kampus untuk Tuntaskan Stunting dan Kemiskinan Ekstrem di NTT