Kota Kupang, lldikti15.kemdikbud.go.id – Upaya mewujudkan kampus ramah lingkungan semakin digelorakan oleh perguruan tinggi di Nusa Tenggara Timur. Melalui program Zero Waste Campus, sejumlah Perguruan Tinggi di Kupang berkomitmen mengurangi sampah dan mendorong warga kampus agar bertanggung jawab terhadap lingkungan.

Dalam dialog yang digelar di Studio Pro 1 RRI Kupang, perwakilan perguruan tinggi memaparkan langkah nyata mereka. Sekretaris Prodi Sanitasi Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Kupang, Lidia BR Tarigan, S.KM., M.Si, menjelaskan bahwa pengelolaan sampah telah menjadi bagian dari kurikulum.
“Kami sudah mengelola sampah organik maupun anorganik. Sampah organik dari dedaunan dan sisa makanan diolah menjadi kompos, sementara sampah plastik dan kertas dikelola melalui Bank Sampah. Bahkan, bank sampah yang kami kelola bersama mahasiswa sejak Maret 2025 sudah mengumpulkan 5,9 ton sampah dengan nilai ekonomi Rp 9,4 juta,” ungkap Lidia.
Selain itu, Poltekkes Kupang juga memiliki desa binaan di Babau, tempat mahasiswa membantu masyarakat mengolah sampah menjadi pupuk organik.

Sementara itu, Direktur Universitas Terbuka Kupang Dr. Ajat Sudrajat, M.Pd menegaskan bahwa meski berbasis daring, UT tidak ketinggalan dalam komitmen ramah lingkungan.
“Kami punya program pengumpulan sampah yang diolah menjadi paving block. Bahkan di beberapa daerah, mahasiswa bisa membayar biaya kuliah dengan menabung sampah. Di Jakarta, UT juga sudah mengembangkan kampus hijau dengan energi terbarukan, desain hemat energi, aplikasi paperless, hingga paten deodoran dari limbah kulit durian,” jelasnya.

Dukungan pemerintah juga ditegaskan oleh Kepala LLDIKTI Wilayah XV. Prof. Dr. Adrianus Amheka, ST., M.Eng.Ia menyebut, program lingkungan hidup menjadi salah satu prioritas utama Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi.
“Dari 17 program strategis kementerian, pelestarian lingkungan hidup adalah salah satu yang harus kita kejar. Tahun ini, hampir Rp15 miliar telah dialokasikan untuk perguruan tinggi swasta di NTT, banyak di antaranya untuk riset terkait ekonomi hijau, pengelolaan sampah, konservasi energi, hingga pembangunan kampus ramah lingkungan,” tegas Prof. Adrianus.
Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa mahasiswa memiliki peran penting dalam menyelesaikan permasalahan sampah dan lingkungan melalui penelitian maupun pengabdian masyarakat.
“Mahasiswa diarahkan untuk menjadi agen perubahan lewat KKN Tematik, riset, dan program pengabdian. Isu sampah, kemiskinan, hingga stunting bisa diatasi dengan kolaborasi perguruan tinggi, pemerintah daerah, dan dunia usaha,” ujarnya.